Opini Ira Astun

Masa Depan Politik Luar Negeri di Tengah Ancaman Unilateralisme

Zona Kasus
, Mei 29, 2025 WAT
Last Updated 2025-05-29T07:50:23Z


Oleh : Ira Astun


Dompu, zonakasus.com - Dalam beberapa waktu terakhir, dunia menghadapi gelombang unilateralisme yang semakin kuat. Negara-negara besar semakin sering mengambil keputusan sepihak demi kepentingan nasional mereka sendiri, tanpa mempertimbangkan mekanisme kerjasama Internasional yang telah lama dibangun. 


Mulai dari penarikan diri dari perjanjian iklim, kebijakan perdagangan proteksionis, hingga intervensi militer tanpa mandat Internasional, semua ini menunjukkan gejala melemahnya sistem multilateral. 


Bagi Indonesia kondisi ini menjadi tantangan serius, sejak awal kemerdekaan Indonesia menjadikan prinsip Politik Luar Negeri Bebas Aktif sebagai pijakan utama. 


Bebas aktif dalam artian tidak berpihak pada kekuatan tertentu, dan aktif dalam artian berperan dalam menciptakan perdamaian dan keadilan Internasional. 


Namun, ketika sistem global yang mendukung prinsip ini mulai terkikis, Indonesia perlu menyesuaikan langkahnya agar tetap relevan dan berdaya saing di kancah Internasional. 


Keberadaan Indonesia di tengah rivalitas negara besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia menempatkan kita pada posisi yang unik sekaligus rawan. 


Indonesia harus mampu menjaga hubungan baik dengan semua pihak tanpa terjebak dalam blok-blok tertentu. Dalam konteks ini, diplomasi Indonesia perlu lebih strategis dan responsif terhadap dinamika global yang terus berubah. 


Untuk menghadapi tantangan unilateralisme, Indonesia perlu menegaskan kembali komitmennya terhadap kerjasama multilateral. Forum-forum Internasional seperti ASEAN, PBB dan G20 harus dijadikan arena strategis untuk menyuarakan kepentingan negara berkembang dan memperjuangkan tatanan dunia yang adil. 



Indonesia tidak cukup hanya menjadi peserta, tetapi harus mampu menjadi pemimpin opini dan perumus arah kebijakan global, seperti yang ditunjukkan saat menjadi tuan rumah KTT G20 pada tahun 2022. 


Selain itu, Indonesia juga perlu memperkuat kerjasam bilateral dan regional yang bersifat setara dan saling menguntungkan. 


Membangun hubungan yang lebih berimbang dengan negara-negara non-tradisional, seperti sesama negara berkembang di Afrika, Amerika Latin, dan Asia Selatan, dapat menjadi cara untuk memperluas pengaruh sekaligus mengurangi ketergantungan pada kekuatan besar. 


Diplomasi ekonomi juga harus menjadi pilar utama dalam kebijakan luar negeri ke depan di tengah tantangan global seperti krisis energi, perubahan iklim, dan ancaman resesi, diplomasi.


Indonesia perlu diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk dalam hal perdagangan, investasi, dan perlindungan pekerja migran.


Unilateralisme munfkin akan terus membayangi hubungan Internasional dalam beberapa tahun ke depan. Namun, Indonesia dapat menjadi penyeimbang dengan terus mendorong kerjasama yang inklusif dan berbasis aturan. 


Selama prinsip bebas aktif dijalankan secara adaptif dan progresif, Indonesia akan tetap menjadi aktir penting dalam menciptakan dunia yang lebih stabil, adil, dan damai. 

SepekanMore